Selasa, 27 November 2012

Aqidah kita dan Manhaj kita !



Aqidah kita dan Manhaj kita !

Penulis: Syaikh Muqbil bin Hadi al Wadi'i rahimahullah

1. Kita beriman kepada Allah, nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya, menurut apa yang terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah,tanpa tahrif(menyimpangkanmaknanya),mentamtsil(memisalkan dengan makhluk), mentasybih(menyerupakan dengan makhluk) dan tanpa menta’thil(meniadakan atau menghapus sifat itu dari Allah)
2. Kita berkeyakinan bahwa berdo’a kepada orang mati, meminta tolong kepada mereka dan begitu juga terhadap orang yang masih hidup pada masalah yang tidak disanggupikecuali oleh Allah adalah syirik. Begitu juga keyakinan terhadap jimat-jimat, bahwa dia bisa memberikanmanfaat bersama Allah atau tanpa Allah adalah syirik. Dan membawanya tanpa keyakinan adalah khurofat
3. Kita berpegang dengan dhazir ayat dan Sunnah. Kita tidak menta’wilkannya kecuali ada dalil yang membolehkan untuk melakukan itu dari Al-Qur’an dan Sunnah
4. Kita beriman behwa kaum mukminin akan melihat Rabb mereka pada Hari Akhir tanpa mentakyif (menanyakan bagaimana). Dan kita beriman dengan syafa’at dan akan dikeluarkannya orang-orang yang bertauhid dari neraka
5. Kita mencintai para Sahabat Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam dan membenci orang-orang yang mencela mereka. Kita meyakini bahwa menghina mereka berarti menghina agama ini. Karena merekalah yang membawanya kepada kita. Kita mencintai Ahlul Bait Nabi dengan kecintaan yang berdasar syariat
6. Kita mencintai Ahlul Hadits dan seluruh para salaf (pendahulu) ummat ini dari kalangan Ahlus Sunnah
7. Kita membenci Ilmu Kalam. Dan kita berkeyakinan bahwa dialah penyebab terbesar perpecahan ummat ini.
8. Kita tidak menerima keterangandari kitab-kitab fiqih, tafsir, cerita-cerita lampau dari sejarah Nabi shallallahu alaihi wa sallam, kecuali yang ditetapkanAllah dan Rasul-Nya.Bukan berarti kita membuangnya dan tidak butuh kepadanya,tetapi kita mengambilnya dari kesimpulan para ulama kita yang faham dan yang selain mereka. Dan kita tidak menerima hukum kecuali yang berdasarkan argumen yang shahih
9. Kita tidak menulis dalam kitab-kitab dan pelajaran-pelajaran kita serta kita tidak berkhutbah kecuali dengan Al-Qur’an atau Hadits yang shahih untuk berhujjah.Kita membenci apa yang terdapat dalam kebanyakan kitab-kitab para pemberi nasehat, yaitu cerita-cerita bohong dan hadits-hadits lemah, bahkan palsu.
10. Kita tidak mengkafirkan seorang muslim kecuali karena kesyirikanatau karena meninggalkan shalat atau murtad. Semoga Allah melindungi kita dari hal-hal itu
11. Kita beriman bahwa Al-Qur’an adalah Kalamullah (ucapan Allah), bukan makhluk
12. Kita berpendapat wajib saling tolong-menolong sesama muslim mana saja dalam kebenaran.Dan kita berlepas diri dari dakwah-dakwah jahiliyah
13. Kita berpendapat tidak boleh memberontak terhadap pemerintahkaum muslimin selama mereka masih muslim. Kita tidak berpendapat bahwa revolusi adalah cara yang membawa kebaikan, bahkan itu adalah cara yang merusak masyarakat. Adapun sikap kita terhadap penguasa ‘Aden (Penguasa yg berhaluan komunis/sosialis), maka kita berpendapat bahwa memerangi mereka adalah adalah wajib hingga mereka mau bertaubat dari penyelewengannya, yaitu sosialismedan mengajak manusia untuk beribadah kepada Lenin, Karl Mark dan tokoh-tokoh kafir lainnya
14. Kita berpendapat bahwa jama’ah-jama’ah yang baru dan banyak sekarang ini adalah penyebab perpecahankaum muslimin dan yang melemahkan mereka
15. Kita berpendapat bahwa dakwah Ikhwanul Muslimin tidak cocok dan tidak baik untuk perbaikan masyarakat, karena mereka adalah dakwah politik, bukan dakwah yang bertujuan untuk memperbaiki jiwa. Dan dia juga dakwah bid’ah, karena dia adalah dakwah untuk membai’at orang-orang bodoh. Dan dakwah Ikhwanul Muslimin juga adalah dakwah fitnah, karena berdiri dan berjalan diatas kebodohan
Kita menasehatisebagian teman-teman kita yang masih bekerja didalamnyaagar mereka segera meninggalkannya, hingga dengan itu dia tidak menyia-nyiakan waktunya pada masalah yang tidak bermanfaat bagi Islam dan kaum muslimin. Dan wajib bagi setiap muslim meyakini bahwa Allah akan menolong Islam dan kaum muslimin melalui tangan muslim mana saja dan jama’ah mana saja.
16. Adapun tentang Jama’ah Tabligh, silakan Anda membaca penuturan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al Washshabi, beliau berkata:
(a). Mereka mengamalkan hadits-hadits dhaif (lemah), maudhu’ (palsu) dan yang tidak ada asalnya
(b). Tauhid mereka penuh dengan bid’ah, bahkan dakwah mereka berdasarkan bid’ah, karena dakwah mereka dasarnya adalah Al-Faqra yaitu khuruj (keluar). Dan ini diharuskansetiap bulan 3 hari. Setiap tahun 40 hari dan seumur hidup 4 bulan. Setiap minggu ada 2 Jaulah…Jaulah pertama di masjid yang didirikan shalat padanya. Dan yang kedua berpindah-pindah. Disetiap hari ada 2 halaqah, halaqah pertama di masjid yang didirikan shalat padanya. Yang kedua di rumah. Mereka tidak senang terhadap seseorang kecuali bila ia mengikuti mereka. Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah bid’ah dalam agama yang tidak diperbolehkan oleh Allah
(c). Mereka berpendapat bahwa dakwah kepada tauhid itu memecah belah
(d). Mereka berpendapat bahwa mengajak manusia kepada sunnah itu memecah belah ummat
(e). Pemimpin mereka berkata dengan tegas bahwa: bid’ah yang bisa mengumpulkan manusia lebih baik daripada Sunnah yang memecah belah manusia
(f). Mereka menyuruh manusia untuk tidak menuntut ilmu yang bermanfaatsecara halus atau terang-terangan
(g). Mereka berpendapat bahwa manusia tidak bisa selamat kecuali dengan cara mereka. Dan mereka membuat permisalandengan perahu Nabi Nuh ‘alaihis salam, siapa yang naik akan selamat dan siapa yang tidak naik akan hancur. Mereka berkata:”Sesungguhnya dakwah kita seperti perahu Nabi Nuh”. Saya sendiri yang mendengarkannya di Urdun dan Yaman
(h). Mereka tidak menaruh perhatian terhadap Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Asma wa Sifat
(i). Mereka tidak mau menuntut ilmu dan berpendapat bahwa waktu yang digunakan untuk menuntut ilmu hanya sia-sia belaka
17. Kita mengikat pemahaman kita dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullahshalallahu‘alaihi wasallam yang berdasarkan pemahaman Salaf (pendahulu) ummat ini dari kalangan ahli hadits tanpa fanatik terhadap individu mereka, tetapi kita mengambil kebenaran dari orang yang membawanya. Kita tahu ada orang yang mengaku-ngaku sebagai Salafi (pengikut Salaf), padahal Salaf berlepas tangan dengan mereka, sebab dia berteman dengan orang-orang yang menghalalkan apa yang diharamkan Allah
18. Kita berkeyakinan bahwa politik adalah bagian dari agama ini. Dan orang-orang yang memisahkanantara agama dan politik berarti ingin menghancurkan Dien (agama) ini dan ingin menyebarkan kekacauan seperti yang terjadi disebagiannegeri kaum muslimin. Mereka mengatakan“Agama untuk Allah dan negara untuk bersama”. Ini adalah slogan-slogan jahiliyah
19. Kita berkeyakinan bahwa tidak ada izzah (kemuliaan) dan pertolongan bagi kaum muslimin, hingga mereka mau kembali kepada Kitabullahdan Sunnah Rasulullahshalallahu ‘alaihi wasallam
20. Kita membenci kelompok-kelompok baru: Komunisme,Ba’tsi, Nashiry, Sosialisme, dan Rafidhah yang telah keluar dari Islam. Kita berpendapat bahwa manusia sekarang menjadi 2 golongan, yaitu golongan Hizbur Rahman (kelompok Allah), yaitu orang-orang yang melaksanakan rukun-rukun Islam dan Iman tanpa menolak sedikitpunsyariat Allah, dan Hizbusysyaithan (kelompok setan), yaitu yang memerangi syariat-syariat Allah
21. Kita mengingkari orang yang membagi agama menjadi “kulit” dan “inti”. Dan ini adalah dakwah yang menghancurkan
22. Kita mengingkari orang yang merasa tidak butuh kepada ilmu Sunnah dan mengatakan“Ini bukan waktu mempelajarinya”. Beginilah orang yang enggan mengamalkan Sunnah Rasulullahshalallahu ‘alaihi wasallam
23. Kita berpendapat handaknya kita mendahulukan yang paling penting dari yang penting. Maka wajib bagi seorang muslim untuk bersungguh-sungguh memperbaiki aqidah, kemudian membinasakan komunisme dan Ba’tsiyyahdan itu bisa tercapai dengan persatuan yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah
24. Kita berpendapat bahwa jama’ah yang merangkul Rafidhah, Syi’ah, Sufi, dan Sunni tidak bisa menghadapimusuh karena itu tidak akan tercapai kecuali dengan ukuwwah (persaudaraan) yang jujur dan persatuan dalam aqidah
25. Kita mengingkari orang yang berkata dan menyangka bahwa para da’i yang mengajak manusia kembali kepada Allah adalah orang-orang Wahhabi. Kita tahu bahwa mereka memiliki maksud yang sangat jijik dan kotor yaitu ingin memisahkanpara ulama dengan masyarakatnya
26. Dakwah kita dan aqidah kita lebih kita cintai dari diri-diri,harta-harta dan anak-anak kita. Kita tidak akan rela menjualnyadengan emas dan uang…Kita suarakan terus dakwah ini sampai pupus harapan orang yang ingin memperalat dakwah ini. Dia mengira dia bisa mendikte kita dengan uang dan harta. Oleh sebab ini, mereka menjadi putus asa untuk membujuk kita dengan harta dan kedudukan
27. Kita membenci pemerintah-pemerintah yang ada, sekedar (sesuai dengan) kejahatan yang mereka lakukan dan kita mencintai sekedar (sesuai dengan) kebaikan yang ada padanya. Kita tidak boleh memberontak kecuali bila kita telah melihat adanya kekafiran yang jelas pada pemerintahan-pemerintahan itu berdasarkan burhan (bukti nyata) dari Allah
Pemerintahyang paling kita benci sekarang adalah pemerintahan ’Aden yang berhaluan komunis lagi Atheis, semoga Allah segera membinasakannya dan menyucikannegeri-negeri Islam darinya
28. Kita menerima bimbingan dan nasehat dari siapa saja, karena kita adalah para penuntut ilmu yang bisa benar dan salah
29. Kita mencintai Ulama Sunnah yang hidup sekarang. Dan kita ingin mengambil faedah dari mereka. Dan kita merasa sedih karena kejumudan sebagian mereka
30. Kita tidak menerima fatwa kecuali berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullahshalallahu ‘alaihi wasallam yang tsabit (kokoh)
31. Kita mengingkari kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab dan sektor lainnya dengan adanya usaha mengunjungi kuburan Lenin dan tokoh-tokoh sesat lainnya untuk menghormati mereka
32. Kita mengingkari pemerintahmuslim yang melakukan kerja sama dengan musuh-musuh Islam, baik itu antek-antek Amerika atau komunis
33. Kira mengingkari dakwah-dakwah jahiliyah seperti kesukuan dan fanatisme Arab. Kita menggolongkannya sebagai dakwah-dakwah jahiliyah dan termasuk sebab yang memundurkan umat Islam
34. Kita menunggu seorang mujaddid yang Allah akan memperbaharui agama ini melaluinya. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Abu Daud dalam sunannya dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dari Nabi shalallahu‘alaihi wasallam:”Sesungguhnya Allah akan membangkitkan bagi umat ini disetiap 100 tahun orang yang akan memperbaharui untuk mereka agama mereka” Dan kita berharap agar kebangkitan Islam menjadi mudah karenanya
35. Kita berkeyakinan bahwa orang yang mengingkari hadits tentang Al-Mahdi dan Dajjal serta turunnya Isa bin Maryam adalah sesat. Dan bukan yang kita maksudkan imam Mahdi dari kalangan Rafidhah, akan tetapi dari Ahlul bait Nabi yang tergolong Ahlus Sunnah. Dia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnyabumi ini telah dipenuhi dengan kezaliman. Kita katakan “yang tergolong Ahlus Sunnah”, karena orang yang mencela Sahabat tidak dianggap adil
36. Ini sekilas tentang aqidah dan dakwah kita. Kalau disebut dengan dalil akan memperpanjang kitab ini. Dan telah kusebut dengan panjang lebar dalam kitab “Al-Makhraj minal Fitnah”. Dan siapa yang memiliki keyakinan yang sebaliknyadari yang telah kita sebutkan ini, maka kami bersedia menerima nasehat jika dia benar dan kami bersedia berdebat jika dia salah serta berpaling darinya jika dia membangkang
Ini yang perlu kita ketahui. Dan ini bukan seluruh dakwah dan aqidah kita, karena dakwah kita berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah dan mengajak kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Demikianlah aqidah ini. Cukup Allah bagi kita dan Dia adalah sebaik-baik tempat bertawakal. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah.
(Diambil dari kitab “Hadzihi Da’watuna wa ‘Aqidatunahal 11-23 dan dialihbahasakan oleh Muhammad ‘Ali ‘Ishmah Al-Medani).


AQIDAH SALAF ASHHABUL HADITS


AQIDAH SALAF ASHHABUL HADITS

Abu Isma’il Ash-Shabuni

Kitab ini ditulis oleh Syaikhul Islam Abu Isma’il Ash-Shabuni (373H – 449 H). Beliau sosok
Ulama yang gigih menuntut ilmu, pada umur 10 tahun sudah menjadi juru nasehat. Imam
Al-Baihaqi berkata :” Beliau adalah syaikhul Islam sejati, dan imam kaum muslimin sebenarbenarnya”.
Yang ada dihadapan pembaca ini merupakan ringkasan, pembahasan yang hampir mirip
tidak diulang-ulang serta tidak disebutkan para perawinya. Takhrij hadits yang ada
sebagian besar merujuk kitab yang ditahqiq oleh Badar bin Abdullah Al-Badar

KEYAKINAN ASHHABUL HADITS TENTANG SIFAT-SIFAT ALLAH
! [Syaikh Abu Utsman berkata]: Semoga Allah melimpahkan taufik. Sesungguhnya
Ashhabul Hadits (yang berpegang teguh kepada Al-Kitab dan As-Sunnah)-semoga Allah
menjaga mereka yang masih hidup dan merahmati mereka yang telah wafat-adalah
orang-orang yang bersaksi atas keesaan Allah, dan bersaksi atas kerasulan dan kenabian
Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam.
Mereka mengenal Allah subhanahu wata’ala dengan sifat-sifatnya yang Allah utarakan
melalui wahyu dan kitab-Nya, atau melalui persaksian Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa
sallam dalam hadits-hadits yang shahih yang dinukil dan disampaikan oleh para perawi
yang terpercaya.
Mereka menetapkan dari sifat-sifat tersebut apa-apa yang Allah tetapkan sendiri dalam
Kitab-Nya atau melalui perantaraan lisan Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallamshallallahu `alaihi wa sallam. Mereka tidak meyerupakan sifat-sifat tersebut
dengan sifat-sifat makhluk. Mereka menyatakan bahwa Allah menciptakan Adam
‘alaihissalam dengan tangan-Nya, sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur’an:
“Allah berfirman:”Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah
Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. (Shaad:75)
Mereka tidak menyimpangkan Kalamullah dari maksudnya-maksud sebenarnya,
dengan mengartikan kedua tangan Allah sebagai dua kenikmatan atau kekuatan, seperti
yang dilakukan oleh Mu’thazilah dan Jahmiyyah-semoga Allah membinasakan mereka-.
Mereka juga tidak mereka-reka bentuknya atau menyerupakan dengan tangan-tangan
makhluk, seperti yang dilakukan oleh kaum Al-Musyabbihah-semoga Allah
menghinakan mereka.
Allah subhanahu wa ta’ala telah memelihara Ahlus Sunnah dari menyimpangkan,
mereka-reka atau menyerupakan sifat-sifat Allah dengan makhluknya. Allah telah
memberi karunia atas diri mereka pemahaman dan pengertian, sehingga mereka
mampu meniti jalan mentauhidkan dan mensucikan Allah azza wa jalla. Mereka
meninggalkan ucapan-ucapan yang bernada meniadakan, menyerupakan dengan
makhluk. Mereka mengikuti firman Allah azza wa jalla:”tidak ada sesuatupun yang
serupa dengan-Nya, dan Ia Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Asy-Syuraa:11)
Al-Qur’an juga menyebutkan tentang “Dua tangan-Nya” dalam firman-Nya:”..yang telah
Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku.. ” (Shaad:75)

Dan juga firman-Nya:”(Tidak demikian), tetapi kedua-tangan Allah terbuka, Dia
menafkahkan sebagaimana yang Dia kehendaki” (Al-Maidah:64)
Dan diriwayatkan dalam banyak hadits-hadits shahih dari Rasulullah shallallahu’alaihi
wa sallamshallallahu `alaihi wa sallam yang menyebutkan tangan Allah, seperti kisah
perdebatan Musa dengan Adam ‘alaihimassalam, tatkala Musa berkata:”Allah telah
mencipta dirimu dengan tangan-Nya dan membuat para malaikat bersujud kepadamu”
(HR. Muslim)

PERNYATAAN ASHHABUL HADITS TENTANG SIFAT-SIFAT ALLAH
! Dan demikian juga pernyataan mereka tentang sifat-sifat Allah azza wa jalla yang
disebutkan dalam Al-Qur’an maupun hadits-hadits yang shahih, diantaranya:
pendengaran, penglihatan, mata, wajah, ilmu, kekuatan, kekuasaan, keperkasaan,
keagungan, kehendak, keinginan, perkataan, ucapan, ridha, marah, hidup, terjaga,
gembira, tertawa, dll. Tanpa menyerupakannya dengan sifat makhluk, tetapi
mencukupkan dengan apa yang dikatakan oleh Allah dan Rasul-Nya tanpa menambahnambahi,
mengembel-embeli, takyif, tasybih, tahrif, mengganti, merubah, serta tidak
membuang lafadz khabar yang bisa dipahami untuk kemudian ditakwil dengan makna
yang salah.
Mereka menafsirkan berdasarkan dzahirnya dan menyerahkan makna sesungguhnya
kepada Allah, dan mengatakan bahwasanya hakikat sesungguhnya yang mengetahui
hanyalah Allah. Sebagaimana diberitakan oleh Allah tentang orang-orang yang dalam
ilmunya:” Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata:”Kami beriman kepada
ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Rabb kami”. Dan tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal” (Ali-’Imran:7

AL-QUR’AN KALAMULLAH-BUKAN MAKHLUK
! [Syaikh Abu Utsman berkata:] “Ashhabul Hadits bersaksi dan berkeyakinan bahwa Al-
Qur’an adalah kalamullah (ucapan Allah), Kitab-Nya dan wahyu yang diturunkan,
bukan makhluk. Barangsiapa yang menyatakan dan berkeyakinan bahwa ia makhluk
maka kafir menurut pandangan mereka.
Al-Qur’an merupakan wahyu dan kalamullah yang diturunkan melalui Jibril kepada
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dengan bahasa Arab untuk orang-orang yang
berilmu sebagai peringatan dan kabar gembira, sebagaimana firman Allah ta’ala:”Dan
sesungguhnya al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Rabb semesta alam, dia dibawa
turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi
salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab
yang jelas. (Asy-Syu’ara: 192-195)
Al-Qur’an disampaikan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam kepada umatnya
sebagaimana yang diperintahkan Allah:”Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan
kepadamu dari Rabbmu”. (Al-Maidah:67), dan yang disampaikan oleh beliau adalah
kalamullah. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:”Apakah kalian yang akan
menghalangiku untuk menyampaikan kalam (ucapan) Rabbku” 1
Al-Qur’an yang dihafal dalam hati, dibaca oleh lisan, dan ditulis dalam mushaf-mushaf,
bagaimanapun caranya Al-qur’an dibaca oleh qari, dilafadzkan oleh seseorang, dihafal
oleh hafidz, atau dibaca dimanapun ia dibaca, atau ditulis dalam mushaf-mushaf dan
papan catatan anak-anak dan yang lainnya adalah kalamullah-bukan makhluk.
Barangsiapa yang beranggapan bahwa ia makhluk, maka telah kufur kepada Allah Yang
Maha Agung.
! Al-Imam Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah berkata:”Al-Qur’an adalah
kalamullah-bukan makhluk. Barangsiapa yang mengatakan Al-Qur’an adalah makhluk,
maka dia telah kufur kepada Allah Yang Maha Agung, tidak diterima persaksiannya,
tidak dijenguk jika sakit, tidak dishalati jika mati, dan tidak boleh dikuburkan di
pekuburan kaum muslimin. Ia diminta taubat, kalau tidak mau maka dipenggal
lehernya2
! Abu Ishaq bin Ibrahim pernah ditanya tentang lafadz Al-Qur’an, maka Beliau
berkata:”Tidak pantas untuk diperdebatkan. ‘Al-Qur’an kalamullah-bukan makhluk’ “
1 Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:” Adakah seseorang yang mau membawaku ke kaumnya?.
Sesungguhnya orang-orang Quraisy menghalangiku untuk menyampaikan kalam (ucapan) Rabbku” (HR.
Bukhari dalam Af’alul ‘ibad, At-Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Ibnu Majah)
2 Sanadnya shahih, disebutkan oleh Adz-Dzahabi dalam Tadzkiratul Huffadz

! Imam Ahmad bin Hambal berkata:”Orang yang menganggap makhluk lafadz Al-Qur’an
adalah Jahmiyah, Allah berfirman:’..maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar
kalamullah’ (At-Taubah:6). Dari mana ia mendengar? 3
! Abdullah bin Al-Mubarak berkata:”Barangsiapa yang mengkufuri satu huruf Al-Qur’an
saja, maka ia kafir (ingkar) dengan Al-Qur’an. Barangsiap yang mengatakan: Saya tidak
percaya dengan Al-Qur’an maka ia kafir”
3 Sanadnya shahih
BERSEMAYAMNYA ALLAH DI ATAS ‘ARSY
! Ahlu Hadits berkeyakinan dan bersaksi bahwa Allah subhanahu wa ta’ala berada di atas
tujuh lapis langit, di atas ‘Arsy-Nya, sebagaimana dalam surat Yunus:”Sesungguhnya
Rabb kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian
Dia bersemayam di atas ‘Arsy (singgasana) untuk mengatur segala urusan. Tiada
seorangpun yang akan memberi syafa’at kecuali sesudah ada keizinan-Nya” (Yunus:3)
“Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat,
kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy, dan menundukkan matahari dan
bulan.Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan.Allah mengatur urusan
(makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini
pertemuan(mu) dengan Rabbmu”.(Ar-Ra’d:2)
“.. kemudian Dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka
tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang Maha Mengetahui” (Al-Furqan:59)
“..kemudian Dia-pun bersamayam di atas ‘Arsy”.(As-Sajdah:4)
“..dan kepada-Nya lah naik perkataan-perkataan yang baik..”.(Fathir:10)
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya..”.
(As-Sajdah:5)
“Apakah kamu merasa terhadap Allah yang di langit bahwa Dia menjungkir balikkan
bumi bersama kamu, sehingga tiba-tiba bumi itu bergoncang”. (Al-Mulk:16)
! Allah subhanahu wa ta’ala memberitakan tentang Fir’aun yang terlaknat, bahwasanya ia
pernah berkata kepada Haman (pembantunya): “Dan berkatalah Fir’aun:”Hai Haman,
buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu,
(yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Ilah Musa dan sesungguhnya aku
memandangnya seorang pendusta…” (Al-Mu’min:36-37)
Fir’aun berkata demikian karena ia mendengar Musa mengabarkan bahwa Rabbnya
berada di atas langit.
! Para ulama dan tokoh imam-imam dari kalangan salaf tidak pernah berbeda pendapat,
bahwa Allah ‘azza wa jalla’ berada diatas ‘arsy-Nya. Dan ‘arsy-Nya berada di atas tujuh
lapis langit. Mereka menetapkan segala yang ditetapkan Allah, mengimaninya serta
membenarkannya.

Mereka menyatakan seperti yang Allah katakan bahwa Allah bersamayam di atas ‘Arsy-
Nya. Mereka membiarkan makna ayat itu berdasarkan dzhahirnya, dan menyerahkan
hakikatnya sesungguhnya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka mengatakan:”Kami
mengimani, semuanya itu dari sisi Rabb kami. Dan tidak dapat mengambil pelajaran
(daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal”(Ali-’Imran:7). Sebagaimana Allah
terangkan tentang orang-orang yang dalam ilmunya mengatakan demikian, dan Allah
ridha serta memujinya.
! Imam Malik pernah ditanya dalam majelisnya tentang ayat Allah:”Ar-Rahman
bersemayam di atas ‘Arsynya”.(Thaha:5), bagaimana caranya Allah bersemayam?. Maka
Imam Malik menjawab:” Bersemayam itu maklum (diketahui maknanya), bagaimananya
(caranya) tidak diketahui, menanyakan bagaimananya adalah bid’ah, dan saya
memandang kamu (penanya) sebagai orang yang sesat, kemudian memerintahkan untuk
mengeluarkan penanya tersebut dari majelis.
! Abdullah bin Al-Mubarak berkata:”Kami mengetahui Rabb kami berada di atas 7 lapis
langit, bersemayam di atas ‘Arsy-Nya, terpisah dengan makhluk-Nya. Dan kami tidak
menyatakan seperti ucapan Jahmiyyah bahwa Allah ada di sini, beliau menunjuk ke
tanah (bumi)”.4
! Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah berkata:”Barangsiapa yang tidak
menetapkan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala berada di atas ‘Arsy-Nya maka dia kufur
kepada Rabbnya, halal darahnya, diminta taubat, kalau menolak maka dipenggal
lehernya, lalu bangkainya dicampakkan ke pembuangan sampah agar kaum muslimin
dan orang-orang mu’ahad tidak terganggu oleh bau busuk bangkainya, hartanya
dianggap sebagai fa’i (rampasan perang)-tidak halal diwarisi oleh seorang pun muslimin,
karena seorang muslim tidak mewarisi harta orang kafir, sebagaimana sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam:” Seorang Muslim tidak mewarisi orang kafir dan orang
kafir tidak mewarisi orang muslim”(HR. Bukhari)
! Dalam hadits Mu’awiyah bin Hakam, bahwa ia berniat membebaskan budak sebagai
kifarat. Lalu ia bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menguji budak wanita. Beliau
bertanya:”dimanakah Allah?”, maka ia menjawab di atas langit, beliau bertanya
lagi:”Siapa aku?”, maka ia menjawab:”Anda utusan Allah”.5
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghukumi sebagai muslimah karena ia
menyatakan bahwa Allah di atas langit.
4 Sanadnya Hasan
5 HR.Muslim dan lainnya

! Imam Az-Zuhri-imamnya para imam berkata:”Allahlah yang berhak memberi
keterangan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berhak menyampaikan dan
kita wajib pasrah menerimanya”
! Wahhab bin Munabbih berkata kepada Ja’ad bin Dirham:”Sungguh celaka engkai wahai
Ja’ad karena masalah itu (karena Ja’ad mengingkari sifat-sifat Allah)!, seandainya Allah
tidak mengkhabarkan dalam Kitab-Nya bahwa Ia memiliki tangan, mata dan wajah,
niscaya aku tidak berani mengatakannya, takutlah kepada Allah!”
! Khalid bin Abdillah Al-Qisri suatu ketika berkhutbah pada hari raya I’edul Adha di
Basrah, pada akhir khutbahnya ia berkata:”Pulanglah kalian kerumah masing-masing
dan sembelihlah kurban-kurban kalian-semoga Allah memberikahi kurban kalian.
Sesungguhnya pada hari ini aku akan meyembelih Ja’ad bin Dirham, karena ia
berkata:Allah tidak pernah mengangkat Ibrahim ‘alaihissalam sebagai kekasih-Nya, dan
tidak pernah mengajak Musa berbicara. Sungguh Maha Suci Allah dari apa yang
dikatakan Ja’ad karena kesombongan, maka Khalid turun dari mimbar dan menyembelih
Ja’ad dengan tangannya sendiri, kemudian memerintahkan untuk disalib.

TURUNNYA ALLAH DAN KEDATANGAN-NYA
! Ahlu Hadits menetapkan kebenaran akan turunnya Allah ta’ala pada setiap malam
kelangit dunia, tanpa menyerupakan dengan turunnya makhluk, tanpa
memperumpamakannya serta tanpa mereka-reka bagaimananya.
Namun mereka menetapakan sebatas yang ditetapkan oleh Rasulullah, dan menafsirkan
berdasarkan dzahirnya, sementara hakikat maknanya mereka serahkan kepada Allah
! Demikian juga mereka menetapkan berita yang diturunkan Allah ta’ala dalam Al-Qur’an
diantaranya mengenai “Al-Maji’” dan “Al-Ityan” (kehadiran dan kedatangan Allah), Allah
berfirman [artinya]:” Tiada yang mereka nanti-nanti [pada hari kiamat] melainkan
datangnya Allah dan malaikat dalam naungan awan…”(Al-Baqarah:210)
“Dan datanglah Rabbmu, sedang malaikat berbaris-baris.”(Al-Fajar:22)
! Kita mengimani sepenuhnya apa yang diberitakan tanpa mempersoalkan bagaimananya.
Seandainya Allah menghendaki tentu akan menjelaskannya kepada kita caranya, oleh
karena itu kita mencukupkan dengan apa yang telah Allah jelaskan kepada kita dan
meninggalkan apa yang samar maknanya [hakikatnya], sebagaimana yang Allah
perintahkan [artinya]:” Dialah yang menurnkan Al-Kitab (Al-Qur’an). Diantara [isinya]
ada ayat-ayat yang muhkam, itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an dan sebagian yang lain
[ayat-ayat] mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada
kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan
fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya
kecuali Allah. Dan orang-orang yang dalam ilmunya berkata:’Kami beriman kepada
ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu datang dari Rabb kami. Dan tidak dapat
mengambil pelajaran [daripadanya] melainkan orang-orang yang berakal”(Ali-’Imran:7)
! Rasulullah bersabda:”Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun pada setiap malam ke langit
dunia, ketika masih tersisa sepertiga malam terakhir, Dia berfirman [artinya]: “Siapa
yang berdo’a kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan, siapa yang memohon kepada-Ku
niscaya akan Aku beri, siapa yang minta ampun niscaya akan Aku ampuni” 6
! Ummu Salamah [istri Nabi] mengatakan:”Seindah-indah hari adalah hari dimana Allah
azza wa jalla turun ke langit dunia, maka dia ditanya: ” Hari apakah itu” Beliau
menjawab: “Hari Arafah”7
6 HR. Bukhari, Muslim
7 Hadits hasan, dikeluarkan oleh Ad-Darimi dalam ‘Ar-Ra’du ‘ala Jahmiyyah”

KESEPAKATAN SALAF TERHADAP RIWAYAT-RIWAYAT INI
! Seorang lelaki dari bani Tamim yang bernama Shabigh datang ke Madinah, ia banyak
memiliki kitab, namun sering bertanya-tanya tentang ayat-ayat mutasyabihat. Berita
inpun sampai ketelinga Umar bin Khatab. Maka Shabigh dipanggil sedangkan Umar
sudah menyiapkan pelepah kurma, ketika orang itu sudah menemuinya, ia pun duduk.
Umar bertanya:”Siapa kamu?” lelaki itu menjawab:” Saya Shabigh”. Umar kemudian
berkata:”Saya Umar, hamba Allah”. Umar lalu menghajar lelaki itu dengan pelepah
kurma, sampai kepalanya mengeluarkan darah. Maka Shabigh berkata:”Cukup, wahai
amiril Mukminin, Demi Allah, kini sudah hilang yang selama ini bersarang di kepalaku”,
kemudian Shabigh dikembalikan ke kaumnya dan Umar memerintahkan agar kaum
muslimin tidak mengajaknya berbicara dengan Shabigh, sampai Shabigh benar-benar
sembuh dari ‘penyakit’. Setelah Shabigh benar-benar sembuh dari penyakit suka
bertanya-tanya tentang ayat mutasyabihat, maka umar membolehkan kaum muslimin
untuk bergaul dengan Shabigh.
! Imam Syafi’i rahimahullah berkata:”Andaikata aku menemui Allah (mati) dengan
membawa segala dosa selain syirik, lebih aku sukai daripada aku menjumpai Allah
dengan membawa sedikit saja dari kebid’ahan8
! Sufyan bin Uyainah menyatakan:”Segala sifat yang Allah sifatkan bagi diri-Nya di dalam
Al-Qur’an, penafsirannya adalah baca dan diam” (dikeluarkan oleh Baihaqi dalam Al-
I’tiqad)
! Diriwayatkan dari sebagian ulama salaf bahwa mereka mengungkapkan :”Islam itu
datang semata-mata ditegakkan diatas rasa pasrah (menerima)”
! Rasulullah shallallahu wa ‘alaihi wa sallam bersabda:”Sesungguhnya Islam ini dimulai
dalam keadaan asing. Dan ia suatu saat akan kembali dianggap asing, maka
beruntunglah orang-orang yang dianggap asing itu”
! Abdul Qasim bin Sallam menyatakan:”Seorang pengikut sunnah, tak ubahnya orang
yang menggenggam bara. Dan pada hari ini, bgiku ia lebih utama dari pada sabetan
sebilah pedang di jalan Allah”(Dikeluarkan oleh Al-Khatib)
! Ibnu Mas’ud menyatakan:”Wahai manusia, barangsiapa diantara kamu yang mengetahui
sesuatu, maka ungkapkanlah. Dan barangsiapa yang tak mengetahui sesuatu maka
hendaklah ia berkata wallahu a’lam. karena wallahu a’lam untuk sesuatu yang tidak
8 Sanadnya shahih, dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah

diketahui, itu termasuk ilmu. Allah azza wa jalla berfirman [artinya]: “Katakanlah
[kepada manusia]:”Aku tidak meminta upah apapun kepadamu atas perbuatanku itu.
Dan akupun bukan orang yang memaksakan diri untuk hal yang tidak
diketahui”(Shaad:86) (Dikeluarkan oleh Al-Humaidi, Al-Bukhari, At-Tirmidzi)

KEBANGKITAN SESUDAH MATI
! Orang-orang yang dalam ilmu agama dan sunnahnya meyakini adanya kebangkitan
sesudah mati di hari kiamat, dan segala apa yang dikhabarkan oleh Allah dan Rasul-
Nya shallallahu wa’alaihi wa sallam berupa suasana mencekam pada hari kiamat,
beraneka ragam keadaan hamba dan makhluk ketika melihat dan menerima hasil
perbuatannya. Bagaimana mereka menerima catatan amal apakah dengan tangan
kanan atau tangan kiri, menjawab berbagai pertanyaan, serta kegoncangan yang
dijanjikan Allah.
Pada hari yang agung, dalam suasana yang mencekam dibentangan sirath,
timbangan, catatan amal meskipun hanya sebutir dzarrah kebaikan dan lain
sebagainya
SYAFA’AT
! Orang-orang yang dalam ilmu agama dan sunnahnya meyakini adanya syafa’at Nabi
untuk para pelaku dosa besar dari kalangan ahlu tauhid, dan yang melakukan dosa-dosa
besar dikalangan mereka, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits-hadits yang shahih
dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
! Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:”Syafa’atku diberikan bagi pelaku dosadosa
besar dari kalangan umatku”9
! Abu Hurairah pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam:”Yaa
Rasulullah, siapakah yang paling senang mendapat syafa’atmu pada hari kiamat?” Beliau
menjawab:”Aku mengira tak seorangpun yang menanyakan hal ini sebelum kamu, hal
ini karena aku melihat kamu bersemangat dalam mencari hadits, ‘Orang yang paling
senang mendapat syafa’atku pada hari kiamat yaitu orang yang mengucapkan laila ha
illallah dengan jujur dari sanubarinya”10
9 Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan lainnya, dikatakan oleh Tirmidzi hadits ini hasan shahih
10 HR. Bukhari, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Abi ‘Ashim dan yang lainnya.
Ibnu Hajar mengomentari dalam Fathul Bari:”Ada yang dengan syafa’at itu tidak jadi dimasukkan ke neraka, ada
yang menjadi masuk sorga tanpa hisab, ada yang derajat di surga dinaikkan

AL-HAUDH DAN TELAGA AL-KAUTSAR
! Ashhabul Hadits mengimani adanya haudh dan Telaga Al-Kautsar, serta masuknya
sebagian Ahlu Tauhid ke surga tanpa hisab, dan sebagian dari mereka dihisab dengan
hisab yang ringan dan kemudian dimasukkan ke surga tanpa diadzab terlebih dahulu.
Dan sebagian lagi para pelaku dosa besar dilebur dalam neraka kemudian dibebaskan
dan dikeluarkan darinya, kemudian digabungkan dengan saudara-saudaranya yang
telah mendahului masuk surga, [dan Ashhabul Hadits menyakini bahwa yang berdosa
besar dari kalangan Ahlu Tauhid] tidak kekal di neraka [dan tidak akan tinggal di neraka
selama-lamanya]
Adapun orang kafir akan kekal di neraka dan tidak akan keluar darinya selamalamanya.

KAUM MU’MININ MELIHAT ALLAH DI AKHIRAT
! Ahlus Sunnah bersaksi bahwa kaum mukminin akan melihat Rabb mereka (pada hari
kiamat) dengan mata kepala mereka, dan memandang-Nya sebagaimana dalam hadits
shahih, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:”Sungguh kalian akan melihat
Rabb sebagaimana kalian melihat bulan purnama”
keserupaan dalam hadits ini adalah cara melihatnya yang tidak mendapat kesulitan
(berdesak-desakan), bukan bentuk yang dilihat (Allah dengan bulan purnama)

MENGIMANI ADANYA SURGA DAN NERAKA, KEDUANYA ADALAH
MAKHLUK
! Ahlus Sunnah bersaksi (dan berkeyakinan) bahwa surga dan neraka adalah makhluk
ciptaan Allah, dan keduanya kekal abadi-tidak akan musnah.
Orang yang masuk surga tidak akan keluar darinya, demikian juga penduduk neraka
(dari golongan kafir) yang pantas memasukinya dan diciptakan untuk memasukinya,
mereka juga tidak akan keluar darinya.
(kematian akan dipenggal dan disembelih dibatas antara surga dan neraka, lalu
datanglah suara memanggil …) pada hari itu:”Wahai penghuni surga, kekekalan bagimu
dan tidak ada lagi kematian. Wahai penghuni neraka, kekekalan bagimu dan tidak ada
lagi kematian.” Demikian yang diriwayatkan dari hadits yang shahih dari Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam.11
11 HR. Bukhari

IMAN MENCAKUP UCAPAN DAN PERBUATAN, BERTAMBAH DAN
BERKURANG
! Termasuk pemahaman Ahlu Hadits adalah meyakini bahwa iman adalah ucapan,
perbuatan, dan ma’rifah, bisa berkurang karena kemaksiatan dan bertambah karena
ketaatan.
Sufyan bin Uyainah menyatakan:”Iman itu adalah ucapan dan perbuatan, bertambah dan
berkurang”, maka saudaranya yang bernama Ibrahim bin Uyainah berkata:”Wahai Abu
Muhammad, tadi kamu mengatakan iman bisa berkutang?!” Maka Sufyan bin Uyainah
berkata:”Diam kamu ‘anak kecil’ Sungguh iman bisa berkurang hingga tidak tersisa
sedikitpun.”
Ibnu Mubarak rahimahullah suatu ketika datang ke kota, salah sorang ahli ibadah tibatiba
mendatanginya-yang diperkirangan berpemahaman khawarij-lalu ia bertanya
kepada Ibnu Mubarak:”Wahai Abu Abdirrahman, apa pendapatmu terhadap seorang
pezina, pencuri, dan peminum khamer”, Beliaupun menjawab:”Aku tidak
mengeluarkannya dari keimanan.” maka laki-laki itu menukas:”Kamu sudah tua malah
menjadi murji’ah”, maka Ibnu Mubarak menjawab:”Tidak, justru kami bertentangan
dengan murji’ah, Murji’ah menyatakan kebaikan kita pasti diterima, sedangkan
kemaksiatan kita pasti diampuni”. Seandainya aku (Ibnul Mubarak) tahu bahwa
kebaikanku diterima, niscaya aku bersaksi bahwa aku masuk surga, kemudia ia menukil
ucapan Umar bin Khatab:”Seandainya imannya Abu Bakar dibandingkan dengan
imannya seluruh penduduk Bumi, niscaya imannya Abu Bakar lebih berat”

SEORANG MUSLIM TIDAK DIKAFIRKAN KARENA DOSA-DOSANYA
! Ahlus Sunnah berkeyakinan bahwa seorang mukmin meskipun melakukan dosa-dosa
kecil dan besar tidak bisa dikafirkan dengan semuanya itu. Meskipun dia meninggal
dunia dalam keadaan belum taubat, selama masih dalam tauhid dan keikhlasan,
urusannya terserah Allah.
Jika Ia menghendaki, Ia akan mengampuni dan memasukkannya ke surga pada hari
Kiamat dalam keadaan selamat, beruntung dan tidak disentuh oleh api neraka, tidak
disiksa atas segala dosa yang pernah dilakukannya, ia biasakan dan terus
menyelimutinya sampai hari kiamat.
Namun apabila Allah kehendaki, bisa saja Ia menyiksanya di neraka untuk sementara,
namun adzab itu tidak kekal, bahkan akan dikeluarkan untuk dimasukkan ke tempat
kenikmatan yang abadi (surga)
! Guru kami (Al-Imam Abu Thayib) Sahal bin Muhammad (As-Sha’luki) rahimahullah
berkata:”Seorang mukmin, walaupun disiksa di neraka, ia tidak akan dicampakkkan
seperti dicampakkannya orang kafir. Ia pun tidak kekal seperti orang-orang kafir, dan ia
tidak akan celaka seperti celakanya orang kafir”
! Artinya, bahwa orang kafir akan diseret ke neraka dan dalam keadaan tersungkur
wajahnya, dibelenggu, dibebani dengan beban yang berat. Sedangkan seorang mukmin
yang dihukum di neraka, ia akan masuk seperti tahanan yang masuk penjara di dunia
dengan berjalan, tanpa dijungkirbalikkan, atau dicampakkan seperti pada orang kafir.
! Arti ucapan:”..dia tidak akan dicampakkan seperti orang kafir yaitu bahwa orang kafir
dimasukkan seluruh tubuhnya ke neraka dan setiap kali kulitnya gosong, kemudian
diganti dengan kulit yang baru, agar ia betul-betul merasakan siksa-Nya, sebagaimana
diceritakan dalam Al-Qur’an:” Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat
Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka
hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan
azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (An-Nisaa:56)
Adapun orang-orang beriman, wajah-wajah mereka tidak akan disentuh oleh api neraka,
dan anggota sujud mereka juga tidak akan dibakar api neraka, karena Allah telah
mengharamkan neraka untuk membakar anggota-anggota sujud12
12 Dalilnya sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam:”Allah mengharamkan bagi api nereka untuk menjilat bekasbekas
sujud.”(HR. Bukhari) dan lainnya

! Arti ucapan beliau:”…mereka tidak akan kekal didalamnya seperti orang kafir…”. Orangorang
kafir kekal di neraka dan tidak akan dikeluarkan selama-lamanya, sedangkan
pelaku dosa-dosa besar dikalangan mukminin tidak akan kekal di neraka (jika masuk).
Makna ucapan beliau:”..tidak akan celaka seperti celakanya orang kafir..”. Bahwasanya
orang-orang kafir putus asa untuk mendapat rahmat Allah, mereka juga tidak
mempunyai harapan sama sekali untuk senang. Adapun orang-orang yang beriman,
mereka tidak putus-putusnya mengharap rahmat Allah disetiap keadaan. Karena pada
akhirnya seorang mukmin akan masuk surga, karena mereka diciptakan untuk masuk
surga dan surga diciptakan untuk menjadi miliknya, sebagai keutamaan dan karunia
dari Allah azza wa jalla.
HUKUM ORANG YANG MENINGGALKAN SHALAT DENGAN SENGAJA
! Ulama Ahli Hadits berbeda pendapat mengenai orang yang meninggalkan shalat wajib
dengan sengaja.
Imam Ahmad dan banyak ulama salaf13 menganggap kafir orang tersebut dan
mengeluarkannya dari Islam, berdasarkan hadits shahih bahwasanya Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:”Yang membatasi antara seorang hamba dan
kemusyrikan adalah meninggalkan shalat. Barangsiapa yang meninggalkannya maka dia
telah kafir.”14
! Sementara Imam Syafi’i, para sahabatnya dan banyak ulama salaf menganggap orang
tersebut belum kafir, selama masih meyakini kewajiban shalat tersebut. Akan tetapi
mereka berpendapat bahwa orang tersebut harus dibunuh, sebagaimana dibunuhnya
orang-orang murtad.
Mereka menafsirkan sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam:”Barangsiapa yang
meninggalkan shalat (dengan mengingkari kebajibannya) maka ia kafir”
Hal itu sebagaimana firman Allah:
“..Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman
kepada Allah, sedang mereka kafir (ingkar) kepada hari kemudian”(Yuusuf:37)
Beliau (Yusuuf) meninggalkan mereka bukan karena tindakan yang belum jelas
kekufurannya, namun karena mereka mengingkari (Allah dan hari akhir)
13 Mereka diantaranya:Ishaq bin Rahawaih, Ibnul Mubarak, Ibrahim An-Nakha’i, Al-Hakam bin Utaibah, Ayyub
As-Sakhtiyani, Abu Bakar bin Syaibah, Abu Khaitsamah, Zuhaeir bin Harab dan lainnya. Adapun dari kalangan
Sahabat: Umar bin Khatab, Mu’adz bin Jabal, Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Jabir bin Abdullah, Abu Darda dan
lainnya
14 Dikeluarkan oleh Ibnu Nashar, Muslim, Ahmad dan lainnya

PERBUATAN HAMBA ADALAH CIPTAAN ALLAH
! Termasuk diantara pemahaman Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah keyakinan bahwa
perbuatan hamba adalah makhluk (diciptakan oleh) Allah azza wa jalla.
Mereka tidak ada yang membantah permasalahan ini, sebaliknya mereka mangannggap
orang-orang yang mengingkari hal ini sebagai orang-orang yang menyimpang dari
kebenaran dan petunjuk

HIDAYAH DATANGNYA DARI ALLAH
! Mereka (Ashabul Hadits) bersaksi bahwa Allah ta’ala memberi petunjuk kepada siapa
saja yang dikehendaki menuju Agama-Nya dan menyesatkan siapa saja yang
dikehendaki untuk menjauhi Agama-Nya, namun bagi orang yang disesatkan-Nya tidak
ada alasan (untuk bebas dari siksa-Nya).
Allah berfirman:”Katakanlah:”Allah mempunyai hujjah yang jelas lagi kuat; maka jika
Dia menghendaki, pasti Dia memberi petunjuk kepada kamu semuanya”. (Al-An’am:149)
Allah berfirman:”Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada tiaptiap
jiwa petunjuk (bagi)nya, akan tetapi telah tetaplah perkataan (ketetapan)
daripadaku; “Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka Jahannam itu dengan jin dan
manusia bersama-sama. (QS. 32:13)
Allah juga berfirman:”Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi nereka Jahannam
kebanyakan dari jin dan manusia…(Al-A’raf:179)
! Maha suci Allah yang telah menciptakan makhluk tanpa merasa butuh kepada mereka.
Allah menciptakan mereka dalam 2 golongan.
Satu golongan berhak masuk kedalam tempat kenikmatan sebagai keutamaan yang
Allah berikan, dan golongan yang lain dimasukkan ke neraka sebagai keadilan.
Allah menjadikan diantara mereka ada yang tersesat dan ada yang terbimbing, ada yang
celaka dan ada yang bahagia. Ada yang dekat dengan rahmat-Nya dan ada yang jauh
dari rahmat-Nya.
Allah berfirman:”Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah
yang akan ditanyai. (Al-Anbiya’:23)
Allah berfirman:”Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Maha
suci Allah, Rabb semesta alam. (Al-A’raf:54)
! Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:”Sesungguhnya bakal penciptaan
seseorang diantara kamu dikumpulkan dalam perut ibunya dalam 40 hari berupa
nutfah, kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga (40 hari), kemudian menjadi

segumpal daging selama itu juga. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk
menetapkan 4 perkara : rizkinya, ajalnya, amal perbuatannya, ia celaka atau bahagia.
Maka demi Allah yang tiada tiada Tuhan selain Dia, sungguh seorang diantara kamu
ada yang melakukan amalan ahli syurga hingga tidak ada diantara dia dan syurga itu
kecuali sehasta saja, kemudian dia didahului oleh taqdir Allah, lalu ia melakukan amalan
ahli neraka, maka ia pun masuk neraka.
Dan sungguh salah seorang diantara kamu melakukan amalan-amalan ahli neraka,
sehingga tidak ada anatara dia dan neraka kecuali sehasta saja, maka ia didahului oleh
takdir Allah, lalu ia melakukan amalan ahli syurga, maka ia pun masuk syurga” 15
15 HR.Bukhari, Muslim dan lainnya

KEBAIKAN DAN KEJELEKAN
! Ahlus Sunnah bersaksi dan berkeyakinan bahwa kebaikan dan kejelekan, manfa’at dan
mudzarat (kejadian yang manis maupun yang pahit) semuanya dari takdir dan
ketentuan Allah ta’ala, tidak ada yang mampu mencegahnya, menyimpangkannya atau
menjauhkannya.
Seseorang tidak akan tertimpa suatu musibah melainkan apa yang telah ditakdirkan.
Meskipun seluruh makhluk berusaha keras untuk menolong orang tersebut, akan tetapi
Allah menakdirkan untuk tertimpa musibah maka usaha tersebut tidak berhasil.
Demikian juga meskipun seluruh makhluk berusaha untuk mencelakakan dirinya akan
tetapi orang tersebut tidak ditakdirkan celaka, maka usaha tersebut tidak akan berhasil,
hal ini sebagaimana hadits dari Ibnu Abbas radiallahu’anhu.16
! Allah berfirman:”Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak
ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan
bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya..”(Yuunus:107)
! Termasuk dari pemahaman dan manhaj Ahlus Sunnah-selain keyakinan mereka bahwa
kebaikan dan kejelekan semuanya dari takdir Allah-mereka juga menetapkan bahwa
tidak diperkenankan menyadarkan kepada Allah apa-apa yang berkesan negatif bila
diucapkan secara terpisah. Tidak boleh dikatakan, misalnya: Allah itu pencipta monyet,
babi, kumbang kelapa dan jangkrik, meskipun kita tahu tidak ada makhluk yang tidak
diciptakan oleh Allah. Dalam hal ini terdapat hadits tentang do’a istiftah:”Sungguh Maha
Suci dan Maha Tinggi Engkau ya Allah, kebaikan seluruhnya di keduatangan-Mu dan
kejelekan tidak disandarkan kepada-Mu”17
Maksudnya, wallahu a’lam, kejelekan tidak termasuk yang bisa disandarkan kepada
Allah secara terpisah, seperti:”Wahai Pencipta keburukan, atau wahai yang menakdirkan
kejelekan”. Meskipun benar bahwasanya Dia-lah yang menciptkan dan menakdirkan
kejelekan tersebut.
16 Yakni sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam:”Ketahuilah, bahwa seseungguhnya seandainya bersatu
umat manusia untuk memberikan manfa’at padamu dengan sesuatu, niscaya tiadalah mereka dapat
melakukannya kecuali dengan sesuatu yang ditakdirkan Allah kepadamu, dan seandainya mereka bersatu untuk
mencelakakan kamu dengan sesuatu, niscaya mereka tidak akan dapat mencelakakan kamu kecuali dengan
sesuatu yang telah Allah takdirkan kepadamu. Telah diangkat pena (untuk menulis takdir) dan telah kering
lembaran-lembaran itu (HR. Turmudzi dll dan dikatakan hasan shahih)
17 Dikeluarkan oleh:Ahmad, Muslim dan lainnya

Oleh karena itu Nabi Khidir ‘alaihissalam menyandarkan kehendak untuk merusak
perahu kepada dirinya sendiri, seperti dikisahkan dalam Al-Qur’an:”Adapun kapal itu
kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku hendak merusakkan kapal
itu, karena dihadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap kapal. (Al-
Kahfi:79)
Namun ketika beliau menyebutkan kebaikan, kebajikan, dan rahmat, beliau
menyandarkan kehendaknya kepada Allah, Allah ta’ala berfirman:”..maka Rabbmu
menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan
simpanan itu, sebagai rahmat dari Rabbmu..”(Al-Kahfi:82)
Allah juga memberitakan tentang diri Ibrahim ‘alaihissalam dalam firman-Nya:”dan
apabila aku sakit. Dialah Yang menyembuhkan aku, (Asy-Syu’ara:80)
Beliau menyandarkan sakit kepada dirinya sendiri dan menyandarkan kesembuhan
kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Meskipun keduanya datangnya dari Allah Yang
Maha Mulia

KEHENDAK ALLAH AZZA WA JALLA
! Demikian juga termasuk madzhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah, bahwa Allah azza wa
jalla berkehendak atas semua amal perbuatan hamba-hamba-Nya, yang baik maupun
yang jelek.
Tidak ada seorang pun yang beriman kecuali dengan kehendak-Nya. Dan tidak ada
seorangpun yang kafir kecuali dengan kehendak-Nya. Jika Allah menhendaki, niscaya
Allah jadikan mereka satu umat, sebagaimana firman Allah:
“Dan jikalau Rabbmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi
seluruhnya..”(Yuunus:99)
Kalau Allah menghendaki untuk tidak terjadi kemaksiatan, Allah tidak ciptakan Iblis.
Maka kekufuran orang yang kafir, keimanan orang yang beriman, (keingkaran orang
atheis, tauhidnya ahli tauhid, ketaatan orang yang taat, dan kemaksiatan orang yang
bermaksiat) semuanya terjadi kerena ketentuan, takdir, keinginan dan kehendak-Nya.
Dan Allah menghendaki semuanya itu dan menakdirkannya. Namum Allah meridhai
keimanan dan membenci kekufuran dan kemaksiatan. Allah berfirman:”Jika kamu kafir
maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai
kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu
kesyukuranmu itu.”(Az-Zumaar:7)

HASIL AKHIR KEHIDUPAN PARA HAMA ADALAH HAL GHAIB
! Ahlus Sunnah bersaksi dan berkeyakinan bahwa hasil akhir kehidupan para hamba
adalah hal yang ghaib. Seseorang tidak mengetahui bagaimana ia mengakhiri hidupnya.
Mereka tidak menghukumi seseorang bahwa dia calon penghuni syurga atau calon
penghuni nereka, kerena hal itu merupakan perihal ghaib.
Mereka tidak mengetahui dengan apa mereka mengakhiri hidupnya (apakah dengan
keimanan atau dengan kekufuran).
Oleh karena itu mereka mengatakan:”Mukmin insya-Allah” (artinya: termasuk dari
mukminin yang mengakhiri hidupnya dengan kebaikan, insya-Allah)

PERSAKSIAN TERHADAP ORANG YANG MATI
DENGAN KEYAKINAN YANG DIBAWANYA
! Ahlus Sunnah bersaksi atas orang yang mati dalam keadaan Islam akan masuk syurga.
Dan jika ia ditakdirkan oleh Allah untuk disiksa terlebih dahulu di dalam neraka karena
perbuatan dosa-dosanya yang belum bertaubat, maka adzab itu tidak kekal, pada
akhirnya Allah akan masukkan dia ke Syurga. Tidak ada seorangpun dari muslimin
yang akan kekal di neraka sebagai keutamaan dari Allah.
Dan barangsiapa yang mati dalam keadaan kafir-Wal ‘iyadzu Billah-, maka tempat
kembalinya adalah neraka dan akan kekal didalamnya.

MEREKA YANG MENDAPAT KABAR GEMBIRA MASUK SYURGA
! Dari kalangan sahabat yang mendapat kabar gembira (dengan disebutkan namanya),
maka Ashabul Hadits mengakui hal itu dan membenarkannya atas berita itu dan janji
tersebut, Karena beliau tidak akan mempersaksikan hal itu kecuali setelah
mengetahuinya.
Allah subhanahu wa ta’ala memberitahu sebagian ilmu ghaib yang
dikehendakinya, sebagaimana firman Allah:”
“(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak
memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada
rasul yang diridhai-Nya..”(Al-Jinn:26-27)
! Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam telah memberi kabar gembira kepada sepuluh
orang sahabatnya untuk masuk surga, mereka adalah: Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali,
Thalhah, Zubeir, Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Sa’id (bin Zaid ), dan
Abu Ubadah bin Jarrah18
! Demikian pula Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda kepada Tsabit
bin Qis bin Syammas:”Kamu termasuk ahli syurga”
18 Hadits yang diriwayatkan oleh Sa’id bin Zaid secara marfu’

SAHABAT-SAHABAT YANG PALING UTAMA DAN MASA KEKALIFAHANNYA
! Ahlus Sunnah juga bersaksi dan berkeyakinan bahwa sahabat Rasulullah yang paling
utama adalah: Abu Bakar, kemudian Umar, Kemudian Utsman, Kemudian Ali.
Mereka adalah para khalifah yang mendapat petunjuk, yang kekhalifahan mereka
diberitakan oleh Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dengan sabdanya:”Kekhalifannya
sesudah berlangsung selama tiga puluh tahun”
[Kemudian beliau menambahkan: Abu Bakar memegang pemerintahan selama 2 tahun,
Umar, 10 tahun, Utsman 12 tahun dan Ali 6 tahun]19
Setelah masa pemerintahan mereka, urusan dikuasai oleh penguasa-penguasa yang
jahat sebagaimana diberitakan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.20
! Ash Habul Hadits menetapkan kekhalifahan Abu Bakar radhiallahu’anhu setelah
kematian Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam berdasarkan pemilihan, kesepakatan
dan pendapat mereka kompak.
Mereka menyatakan:”Kalau Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam telah meridhai Abu
Bakar untuk urusan agama maka kami ridha kalau Abu Bakar mengurusi permasalahan
dunia bagi kami”
[Yakni Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam mengambil pengganti untuk mengimami
manusia dalam shalat fardhu ketika Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam sakit dan ini
merupakan urusan agama, maka kami ridha Abu Bakar sebagai pengganti Rasulullah
shallallahu'alaihi wa sallam dalam urusan dunia kami]
! Kemudian Kekhalifahan Umar bin Khatab dengan dipilih oleh Abu Bakar yang
kemudian disepakati oleh para Sahabat yang lain. Dan dengan kekhalifahannya itu
Allah merealisasikan janji-Nya untuk meninggikan dan mengagungkan syi’ar Islam.
! Kemudian Kekhalifahan Utsman bin Affan melalui ijma’ majelis syura dan ijma para
sahabat secara keseluruhan.
! Kemudian kekhalifahan ‘Ali dengan dibaiat oleh para sahabat, setelah melihat bahwa
‘Alilah yang paling berhak dan paling mulia pada masa itu untuk memegang
kekhalifahan dan tidak membolehkan tindakan menentang dan menyelisihi
pemerintahan beliau.
19 Diriwayatkan oleh Ahmad, Tirmidzi dan lainnya, dihasankan oleh Ibnu Abi ‘Ashim
20 Diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya dengan sanad hasan

! Mereka adalah empat Khulafa Rasyidin yang dengannya Allah memenangkan agama-
Nya, mengalahkan orang-orang kafir, dan kedudukan Islam menjadi kokoh.
Allah berfirman:”Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara
kamu dan beramal shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka
berkuasa di Bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka, dan
sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk
mereka, dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka berada
dalam ketakutan menjadi aman sentausa..”(An-Nuur:55)
Allah juga berfirman:”…dan orang-orang yang bersama dia (Rasulullah) adalah keras
terhadap orang kafir tetapi berkasih sayang sesama mereka..”
sampai firman-Nya:”..yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas
itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus diatas
pokoknya, tanaman itu menyenangkan hati para penanamnya karena Allah hendak
membuat jengkel hati orang-orang kafir…”(Al-Fath:29)
! Maka barangsiapa yang mencintai mereka, berwala kepada mereka, mendoakan mereka,
memelihara hak mereka dan mengakui keutamaan mereka, maka ia termasuk orangorang
yang menang. Sebaliknya, barangsiapa yang membenci mereka, mencaci mereka,
menuduh kepada mereka seperti yang dituduhkan oleh orang-orang Rafidhah (syiah
imamiah) dan khawarij dan khawarij yang semoga Allah melaknat mereka, maka ia
termasuk orang-orang yang binasa.

SHALAT DI BELAKANG (PEMERINTAH) YANG SHALIH MAUPUN FAJIR,
SERTA BERJIHAD BERSAMA MEREKA
! Ashabul Hadits berpendapat seharusnya melaksanakan shalat Jum’at, shalat ‘Ied dan
selain keduanya dibelakang imam muslimin baik dia shalih maupun fajir.
! Mereka juga berpendapat bahwa berjihad melawan orang-orang kafir itu bersama-sama
pemerintah meskipun mereka zhalim dan fasiq.
! Mereka juga menganjurkan untuk mendo’akan mereka agar menjadi baik dan mendapat
hidayah (serta menebarkan keadilan dalam masyarakat)
! Mereka juga tidak membolehkan untuk memberontak kepada pemimpin-pemimpin
fasiq tersebut, meskipun mereka menyaksikan penyimpangan pemerintah dari konsep
keadilan dan menggantinya dengan diktatorisme dan penindasan.
! Mereka juga berpendapat untuk memerangi para pemberontak sampai orang-orang itu
kembali taat kepada pemerintah.

SIKAP MEREKA TERHADAP PARA SAHABAT
! Mereka berpendapat untuk menahan diri [untuk membicarakan] dalam perselisihan
yang terjadi dikalangan sahabat. Memelihara lisan mereka untuk tidak mengucapkan
kata-kata yang berkesan mendiskreditkan dan merendahkan para sahabat.
! Ashabul Hadits berpendapat, seharusnya mencitai mereka dan berwala kepada mereka
secara keseluruhan. Demikian juga mereka menganggap wajib untuk memuliakan para
istri-istri beliau radhiallahu’anhunna, mendoakan mereka, mengakui keutamaan mereka
dan mengakui juga mereka (istri-istri Nabi) sebagai ibu-ibu kaum muslimin

SESEORANG MASUK SURGA BUKAN KARENA AMALNYA
! Mereka juga bersaksi dan berkeyakinan bahwa seseorang tidak bisa dipastikan masuk
surga-walaupun ia telah melakukan amalan-amalan yang baik.[ibadahnya nampak
ikhlas, dan ketaatannya demikian tinggi] dan jalan kehidupannya pantas untuk
diteladani- kecuali jika diijinkan oleh Allah, sebagai keutamaan yang diberikan
kepadanya. Maka dengan keutamaan dan karunia-Nya itu ia masuk surga.
Karena amal baik yang ia lakukan tidaklah dapat dilakukan dengan mudah kecuali
karena kemudahan dari Allah. Jika Allah tidak memberi kemudahan [niscaya ia tidak
dapat melakukannya. Dan jika Allah tidak mengarunianya hidayah] niscaya ia tidak
mendapat hidayah selama-lamanya, [meskipun ia telah berupaya keras]. Hal ini
sebagaimana firman Allah ta’ala:”…Sekiranya kalau bukan karena karunia Allah dan
rahmat-Nya, niscaya tidak ada seorangpun dari kamu yang bersih (dari perbuatan keji
dan mungkar) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa saja yang
dikehendaki…”(An-Nuur:21)
Allah juga berfirman memberitakan tentang penduduk surga:”..Dan mereka
berkata:”segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini, dan kami
sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami
petunjuk..”(Al-A’raaf:43)

SETIAP MAKHLUK TELAH DITENTUKAN AJALNYA
! Mereka juga bersaksi dan berkeyakinan bahwa Allah azza wa jalla telah menentukan
batas akhir kehidupan bagi setiap makhluk.
Sesungguhnya setiap jiwa itu tidak akan mati kecuali dengan ijin Allah dan takdir dari-
Nya.Apabila sudah ditakdirkan waktunya mati, maka tidak ada pilihan lagi kecuali
mati. Tidak bergeser sedikitpun. Allah berfirman:”Tiap-tiap umat mempunyai batas
waktu, maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya
barang sesaatpun dan tidak pula memajukannya”(Al-A’raaf:34)
Allah juga berfirman:”Setiap yang yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan ijin
Allah sebagai ketentuan yang telah ditetapkan waktunya.”(Ali-Imran:145)
! Mereka juga bersaksi dan berkeyakinan bahwa siapa yang mati atau terbunuh, maka hal
itu merupakan takdir. Allah berfirman:”Katakanlah:”Sekiranya kamu berada
dirumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar
(juga) ketempat mereka terbunuh…”(Ali-’Imran:154)
Allah juga berfirman:”Dimanapun kamu berada, kematian akan menemuimu, walaupun
kamu berada dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…”(An-Nisaa:78)

GODAAN SYAITAN
! Mereka juga bersaksi dan berkeyakinan bahwa Allah subhanu wa ta’ala telah
menciptakan syaitan yang akan menggoda umat manusia, agar mereka tergelincir, maka
syaitan-syaitan itu terus mengawasi mereka, Allah berfirman:”..Sesungguhnya syaitan
itu membisikan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu, dan jika kamu
menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musrik..”(Al-
An’am:121)
! Allah dapat memberi kuasa atas diri mereka (syaitan) untuk menggoda siapa saja yang
Allah kehendaki. Namun Allah juga menjaga siapa saja yang dikehendaki dari tipu daya
mereka, Allah berfirman:”Sesungguhnya syaitan itu tidak mempunyai kekuasaan atas
orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Allah, Sesungguhnya kekuasaanya
(syaitan) itu hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya menjadi pemimpin dan atas
orang-orang yang menyekutukan Allah.”(An-Nahl:99-100)

SIHIR DAN TUKANG SIHIR
! Mereka (Ashabul Hadits) juga berkeyakinan bahwa di dunia ini memang ada sihir dan
tukang sihir, akan tetapi tukang sihir tersebut tidak dapat mencelakakan seseorang
kecuali dengan ijin Allah azza wa jalla, sebagaimana firman Allah ta’ala:”Dan mereka
(tukang sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali
dengan ijin Allah ..”(Al-Baqarah:102)
! Barangsiapa yang menjadi penyihir atau menggunakan jasa sihir, sementara ia
berkeyakinan bahwa sihir bisa memberi manfaat atau memberi mudharat tanpa ijin
Allah, maka ia telah kafir kepada Allah ta’ala.
! Apabila seseorang telah melakukan hal-hal yang secara dzahir dapat membuatnya kafir
itu, maka ia harus dipaksa untuk bertaubat, kalau enggan dipenggal lehernya (oleh
penguasa muslim).
Namun apabila ia hanya melakukan perkara sihir yang tidak sampai
mengkufurkan dirinya, atau misalnya mengucapkan sesuatu yang dia sendiri
tidak memahaminya, maka cukup dicegah saja. Kalau enggan, bisa diberikan
hukuman cambuk.
! Apabila seseorang berpendapat bahwa sihir itu tidaklah haram, bahkan meyakininya
boleh-boleh saja, maka orang itu harus dibunuh karena ia telah membolehkan apa yang
telah menjadi kesepakatan umat Islam bahwa sihir itu haram.

ADAB DAN PERILAKU ASHABUL HADITS
! Mereka (Ashabul Hadits) mengharamkan minuman yang memabukkan yang diproses
baik dari anggur, korma, madu, jagung dan lain sebagainya yang memabukkan, mereka
mengharamkannya baik sedikit maupun banyak.21
Mereka menghindarinya dan mengharuskan bagi yang mengkonsumsinya untuk
dihukum.
! Mereka berpendapat seharusnya bersegera menunaikan shalat lima waktu, dan
melakukan diawal waktu lebih utama dari pada di akhir waktu. Hal demikian untuk
mendapatkan pahala yang lebih besar yang telah dijanjikan.
! Mereka juga mewajibkan ma’mum untuk membaca Al-Fatihah dibelakang imam22
! Mereka memerintahkan untuk menyempurnakan ruku’, sujud, serta mewajibkannya.
Mereka berpendapat bahwa kesempurnaan ruku’ diantaranya dengan adanya
tu’maninah dan menegakkan punggung ketika bangkit dari ruku’ yang disertai juga
dengan tu’maninah. Demikian juga ketika bangkit dari sujud, duduk diantara 2 sujud,
semuanya itu dengan tu’maninah. Mereka berpendapat semuanya itu sebagai rukun
sahnya shalat.
! Mereka saling menganjurkan untuk melakukan shalat malam setelah tidur,
menyambung tali silaturahmi, menebarkan salam, memberi makan fakir miskin,
menyayangi anak-anak yatim dan memperhatikan urusan kaum muslimin. Dan menjaga
kehalalan makanan, minuman, pakaian, pernikahan dan aktifitas lainnya.
! Mereka juga menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar, bersegara melakukan kebajikan
sebanyak-banyaknya, [hati-hati terhadap akibat sifat ketamakan, saling menganjurkan
untuk istiqamah diatas kebenaran dan bersabar], saling mencintai dan benci karena
21 Hal ini sebagaimana hadits Nabi:”Setiap yang memabukkan adalah khamer, dan setiap khamer adalah
haram.”(HR.Ahmad. Muslim dll). Dan Sabda Nabi:”Setiap yang memabukkan dalam jumlah yang banyak, maka
dalam jumlah sedikit juga haram.”(HRAhmad, Abu Daud dll, hadits hasan)
22 Hal ini berdasarkan hadits:”Tidak ada shalat (tidak sah) bagi yang tidak membaca Al-Fatihah.” (HR. Bukhari).
Namun kewajiban membaca Al-Fatihah ini berlaku ketika shalat sirriyah (yang bacaan imam tidak dikeraskan,
seperti: Dzuhur, Ashar). Adapun shalat jahriyah (yang bacaan imam dikeraskan, seperti: Subuh, Maghrib, ‘Isya)
maka cukup dengan mendengarkan bacaan imam. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:”
Sesungguhnya dijadikan imam itu untuk diikuti, apabila ia bertakbir maka betakbirlah, dan apabila ia membaca
qiraat maka dengarkanlah.”(HR. Abu Daud, Muslim dan lainnya). Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga
bersabda:”Barangsiapa yang mempunyai imam maka bacaan imam adalah bacaan baginya.”(HR. Ibnu Abi
Syaibah, Abu Daud dan lainnya). Hal ini dijelaskan oleh Syaikh Nasiruddin Al-Albany dalam ‘Sifat Shalat Nabi”.
wallahu a’lam

agama. Mereka juga menghindari perdebatan, mereka menghindari ahli bid’ah dan
kesesatan dan memusuhi ashabul ahwa dan orang-orang yang berkata tanpa ilmu.
! Mereka mengikuti jejak Nabi, para sahabatnya serta para ulama salafaus shalih.
! Mereka membenci ahli bid’ah yang mengada-adakan sesuatu yang baru dalam agama,
tidak mencintai dan bersahabat dengan mereka, tidak mendengarkan ucapan-ucapan
mereka, duduk dimajelis mereka, berdebat dengan mereka serta bertukan pikiran
dengan mereka.
Mereka menjaga telinga-telinga mereka dari mendengarkan ucapan-ucapan ahli bid’ah
walaupun sepertinya selintas namun bisa menimbulkan keraguan dan merusak
pemahaman. Allah telah mengingatkan dalam firmannya:”Dan apabila kamu melihat
orang-orang yang memperolok-olokan ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga
mereka mereka membicarakan pembicaraan yang lain”(Al-An’am)

CIRI-CIRI AHLI BID’AH
! Ciri-ciri ahli bid’ah sangat jelas dan terang, yang paling menonjol diantaranya: kebencian
mereka kepada para pembawa riwayat hadits, merendahkannya, dan menggelarinya
dengan: penghafal catatan kaki, orang-orang dungu, orang-orang tekstual atau
musyabihah (orang-orang yang menyamakan sifat Allah dengan sifat makhluk). Mereka
meyakini adanya makna bathin dari hadits-hadits Nabi shallallahu’alaihi wa sallam,
sehingga mereka menafsirkan hanya dengan otak mereka yang telah dirusak oleh
syaitan, hati nurani mereka teleh rusak, dan argumentasi dan pemikiran mereka sangat
rancu dan berantakan. Allah berfirman:”Mereka itulah orang-orang yang dilaknati oleh
Allah dan ditulikan telinganya dan dibutakan penglihatan mereka.”(Muhammad:23)
! Ahmad bin Sinan Al-Qaththan berkata:”Di kolong langit ini, tidak seorangpun ahli
bid’ah yang tidak membenci ahli hadits, karena ketika orang itu telah berbuat bid’ah
maka ia akan kehilangan kemanisan ilmu hadits dalam hatinya”
! Abu Hatim Muhammad bin Idris Al-Hanzali Ar-Razi berkata:”Ciri-ciri ahli bid’ah yaitu
suka mengolok-olok ahlu atsar (ahli hadits), dan termasuk ciri-ciri orang zindiq
(munafiq) yaitu suka menggelari ahli atsar sebagai penghafal catatan kaki, yang mereka
inginkan adalah membatalkan atsar sebagai sumber hukum.
Termasuk ciri-ciri qadariyah (orang-orang yang mengingkari adanya takdir) adalah
menggelari ahlus sunnah dengan jabariyah (orang-orang yang bergantung kepada
takdir dan meninggalkan usaha).
Diantara ciri-ciri jahmiyyah (orang-orang yang mengingkari nama-nama dan sifat Allah)
adalah menggelari ahlus sunnah dengan sebutan musyabihah (orang-orang yang
menyerupakan sifat Allah dengan sifat makhluk)
Diantara ciri-ciri rafidhah (syiah) adalah menggelari ahlus sunnah dengan sebutan
nabithah dan nashibah (orang-orang yang membenci ahli bait).
Abu ‘Utsman berkata:” Saya melihat bahwa ahli bid’ah yang menggelari ahlus sunnah
[namun dengan karunia dari Allah, tuduhan tersebut tidaklah benar dan tidak pantas
disandarkan kepada ahlus sunnah] mereka (ahli bid’ah) mengikuti jalannya musrikin
[semoga Allah melaknat mereka] yang menggelari Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam dengan gelar-gelar yang tidak pantas. Diantaranya ada yang menggelari
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam sebagai tukang sihir, dukun, ahli sya’ir, orang
gila, orang kesurupan, pembohong, tukang nyleneh dan lain sebagainya. Padahal Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam sangat jauh dari semua ‘aib tersebut. Beliau adalah Nabi dan
Rasul yang terpilih. Allah berfirman:”Perhatikanlah,bagaimana mereka membuat

perbandingan-perbandingan tentang kamu, lalu sesatlah mereka, mereka tidak sanggup
(mendapatkan) jalan (untuk menentang kerasulanmu).”(Al-Furqan:9)
! Demikian juga halnya dengan ahlu hadits yang diberi gelar-gelar buruk oleh ahli bid’ah,
padahal ahlu hadits sangat jauh dan bersih dari celaan tersebut. Ahlu hadits adalah
orang-orang yang berpegang teguh dengan sunnah yang bersih, sistem kehidupan yang
diridhai oleh Allah ta’ala, jalan-jalan yang lurus dan hujjah yang kokoh.
Allah telah menganugrahi ahlu hadits untuk dapat meneladani apa yang terdapat
dalam kitab-Nya, wahyu-Nya dan firman-Nya, meneladani Rasul-Nya dalam
setiap hadits dimana Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam memerintahkan
umatnya untuk berlaku baik, dalam ucapan dan perbuatan serta mencegah
mereka untuk berbuat kemungkaran.
Allah juga menolong ahlu hadits untuk dapat berpegang teguh dengan sistem
kehidupan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam. Maka Allah-pun menjadikan mereka sebagai pengikut
wali-wali yang terdekat. Allah juga melapangkan dada mereka untuk mencintai beliau,
mencintai para ulama-ulama umat. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
bersabda:”Seseorang akan bersama orang yang dicintainya.”23
23 HR. Bukhari, Ahmad dan lainnya

CIRI-CIRI AHLUS SUNNAH
! Salah satu ciri ahlus sunnah adalah kecintaan mereka terhadap imam-imam sunnah dan
ulamanya dan para penolongnya dan para walinya. Dan mereka membenci tokoh-tokoh
ahli bid’ah yang mereka itu mengajak kepada jalan menuju neraka dan menggiring
pengikutnya menuju kehancuran. Allah telah menghiasi dan menyinari ahlus sunnah
dengan kecintaan mereka kepada ulama-ulama ahlus sunnah, sebagai karunia dan
keutamaan dari Allah ta’ala.
! Ahlus sunnah juga sepakat untuk merendahkan ahli bid’ah, menghinakan mereka,
menjauhi dan memboikot mereka serta menghindari untuk bersahabat dengan mereka.
! Janganlah kamu tertipu oleh banyaknya ahli bid’ah, karena banyaknya jumlah ahli bid’ah
dan sedikitnya ahlus sunnah merupakan tanda dekatnya hari kiamat, sebagaimana
sabda Nabi:”Sesungguhnya termasuk diantara tanda-tanda dekatnya hari kiamat yaitu
sedikitnya ilmu dan menyebarluasnya kebodohan (dalam agama)”24
! Ilmu itu sendiri merupakan sunnah dan kebodohan itu sendiri merupakan bid’ah
! Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:”Iman itu akan mendekam di Madinah ,
seperti ular yang mendekam dalam lubangnya25
! Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:”Tidaklah datang hari kiamat, sampai
tidak terdengar lagi di muka bumi ini orang yang mengatakan Allah, Allah, Allah”
Dalam riwayat lain disebutkan lailaha illallah26
! Barangsiapa yang pada hari ini berpegang teguh dengan sunnah Rasul shallallahu’alaihi
wa sallam, melaksanakannya, istiqamah diatasnya serta mendakwahkannya, ia akan
mendapatkan pahala yang lebih banyak dibandingkan yang mengamalakan diawal
munculnya Islam, sebagaimana sabda Nabi :”Sesungguhnya dibelakang hari nanti akan
datang hari-hari yang penuh kesabaran. Orang yang berpegang teguh dengan apa yang
kalian pegang teguh akan mendapat 50 kali pahala yang kalian peroleh”. Beliau ditanya
(oleh sahabat) :”Mungkin 50 kali pahala diantara mereka”. Rasulullah shallallahu’alaihi
wa sallam menjawab:”Bahkan 50 kali pahala kalian”27
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mengatakan demikian bagi orang yang
mengamalkan sunnah dimana pada masanya umat sudah rusak.
24 HR. Bukhari, Muslim dan lainnya
25 HR. Bukhari, Muslim dan lainnya
26 HR. Ahmad, Muslim dan lainnya
27 HR. Ibnu Nashar dalam As-Sunnah dengan sanda shahih

! Ibnu Syihab Az-Zuhri mengatakan:”Mengajarkan sunnah itu lebih utama daripada
ibadah selama 200 tahun”
! Suatu ketika Abu Muawiyah yang buta berbicara dengan Harun Ar-Rasyid, maka ia
menyampaikan hadits :”Suatu saat Nabi Adam dan Musa ‘alaihima sallam berdebat “
tiba-tiba Ali bin Ja’far menyela:”Bagaiman mungkin itu bisa terjadi, masa kehidupan
Nabi Adam dan Nabi Musa kan berbeda masa yang lama”. Lalu khalifah Harun Ar-
Rasyid menghardiknya:”Dia menceritakan kepadamu hadits dari Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam, lalu kamu membantah dengan bagaimana mungkin?” Beliau
terus mengulang-ulangi, sampai Ali bin Ja’far terdiam”.
Abu Utsman berkata:”Demikianlah seharusnya seseorang dalam mengagungkan haditshadits
Nabi, menerimanya dengan sepenuh penerimaan, kepasrahan dan
mengimaninya. Membantah orang yang menempuh jalan selain ini, sebagaimana yang
dilakukan oleh Harun Ar-Rasyid rahimahullam terhadap orang yang dengan beraninya
membantah hadits dengan mengatakan:”Bagaimana mungkin?” yang tujuannya adalah
membantah dan mengingkarinya. Padahal seharusnya ia menerima semua yang
diberitakan oleh Nabi.
! Semoga Allah menjadikan kita termasuk diantara mereka yang ketika mendengar hadits
kemudian mengikutinya. Berpegang teguh sepanjang hidup dengan Kitabullah dan
Sunnah Rasul shallallahu’alaihi wa sallam, serta menghindari hawa nafsu yang
menyesatkan, pendapat-pendapat yang sesat dan berbagai kejahatan yang menghinakan
dengan karunia dan keutamaan dari Allah ta’ala.
! Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad ,
keluarganya serta para sahabat ridhwanullahu ‘Alaihi ajma’in.